Setiap hari adalah Asyura
Setiap jengkal tanah adalah Karbala
Arbain WalkWhy go to Karbala? Why Arba'in, why walk?
Ashura became the heaviest expression of sorrow, because the earth no longer embraced the remaining ahlul kisa. At Ashura there was the loss of His Majesty, there was a cry of Azzahra sa, there was suffering from al-Murtadha, there was patience of al-Mujtaba alaihimus shalaatu was salaam. |
Sejak hari syahadah Imam Husain as, para pengikutnya memulai satu tradisi berkabung mengenang tragedi tersebut yang berlanjut sampai hari ini. Setiap tahun, ratusan juta Muslim Syiah, di samping banyak Muslim Sunni lainnya, bahkan banyak non-Muslim, berdukacita dan memperingati tragedi itu. Kami mengenang tragedi Imam Husain as untuk tetap menjaga dan menghidupkan pesannya. Dengan berkabung ini, kami menyampaikan pesan bahwa pada dasarnya kami menolak ketidakadilan dalam segala bentuknya. kami menunjukkan perjuangan untuk keadilan, kebebasan, martabat dan kehormatan manusia. Dengan berkabung atas tragedi itu, kami mendorong diri untuk bekerja lebih keras demi menegakkan keadilan. Setiap air mata yang kami cucurkan adalah energi dan penguat yang akan memotivasi kami untuk bekerja siang dan malam demi tegaknya keadilan sosial, kukuhnya kepatuhan pada hukum-hukum Allah, dan untuk memenuhi kewajiban kita di dalam agama, moral dan etika.
|
Imam Husain as adalah cucu dari Nabi Muhammad Saw., penghulu semesta alam. Orang tuanya adalah Imam Ali as, lelaki pertama yang masuk Islam yang tak pernah tersentuh oleh kekafiran; dan Sayyidah Fathimah as., bidadari manusia yang menjadi ibu bagi ayahnya. Ia lahir di kota suci Madinah pada tahun 626 Masehi. Beliau berusia enam tahun ketika Nabi Muhammad Saw wafat, dan ia berusia tujuh tahun ketika ia menyaksikan kematian tragis ibunya Sayyidah Fatimah as. Imam Husain as diakui sebagai seorang tokoh penegak keadilan, kukuh pada keyakinan, memegang teguh martabat, dan pejuang kemerdekaan yang memimpin salah satu revolusi yang paling signifikan di dalam sejarah manusia. Dia mengorbankan hidupnya, kehidupan anggota keluarga dan sahabatnya untuk melawan ketidakadilan dan penindasan. Pada tahun 680 Masehi, ia secara brutal dibantai di dataran Karbala, Irak, bersama dengan tujuh belas anggota keluarganya dan lima puluh lima sahabatnya.
|
Juntai ikal Husaini,
Seribu Wangi Kesturi
Perih sekali darah Karbala,
tiada duka seperih Karbala
Pengunjung